Follow Us @soratemplates

Senin, 30 November 2020

Rindu.

07.10 0 Comments

 

  Pernah ngga ngerasain susahnya move on? Jujur, dulu aku sempet meremehkan orang yang "gagal move on". Kenapa? Karena dulu aku berpikir kalau perasaan itu bisa dikalahkan dengan logika. Misal, 'ah, ga mungkin aku bisa gagal move on, sel otak aja tiap hari berganti. Ada yg hilang, tumbuh yang baru. Mana bisa kepikiran terus'. But in fact? Aku ngerasain itu. Ngerasain betapa susahnya move on selama 10 tahun!!

   Bukan ke mantan pacar, ataupun gebetan. Aku gagal move on dari orang yang sudah aku sukai sejak 10 tahun silam. Selama 3 tahun satu sekolah, satu tempat kursus, aku baru sadar kalau aku ngga pernah sekalipun ngobrol ke dia. Kenapa? Gugup, deg2an, auto keringet dingin, gagap. Sesuka itu ternyata aku ke dia setelah dipikir-pikir.

   Apa impact nya ke aku yang belum move on selama 10 tahun ini? Aku jadi susah buat membuka hati. Fyi, tiap ada yang deketin pasti aku selalu bandingkan sama si dia. Pun tidak dibandingkan, pasti pikiran aku masih ke dia. Sampai sekarang belum ada orang yang literally bisa buat aku lupa ke seseorang yang berhasil buat aku gagal move on!

  Capek? Pasti. Yang bisa aku lakuin sekarang cuma ikhlas dan doa ke Tuhan, kalo memang dia bukan takdir, semoga Tuhan memberikan gantinya yang lebih baik. Doa ku, semoga dia selalu sehat, dimanapun dia berada semoga Tuhan selalu melindunginya. Aamiin.


-dari Aku, yang sampai sekarang masih menunggu. I miss you.

Selasa, 22 September 2020

YA, UDAH!

05.24 0 Comments

 




    Tiba - tiba lagi random aja pengen cerita disini setelah menghadapi penat nya bekerja. Ditambah juga, keadaan yang mengharuskan kita untuk mengubah segalanya. Mulai dari work from home, study from home, PSBB dll. Kebayang kan betapa ribetnya situasi sekarang? Tapi sebelumnya, Aku mau bilang "congratulations, we have already survived so far!. I know it's hard but let's get through this together!"

    Akhir-akhir ini, Aku banyak menampung cerita dari beberapa teman. Banyak hal. Dimulai dari keresahan hati karena melihat beberapa orang sudah menemukan pasangan hidup mereka, keresahan akan masa depan. Ada pula beberapa kisah bahagia seperti mendapatkan pekerjaan, beberapa yang sudah menemukan 'hidup' nya lagi dan tak lupa secuil cerita tentang beberapa yang bingung akan perasaan mereka sendiri.

    Diusia yang hampir menginjak "quarter-life crisis", segala sesuatu terkadang tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Ekspektasi terkadang selalu berbanding terbalik dengan realita. Ketidakmampuan untuk menerima hal-hal seperti ini pun mulai membuat pikiran resah. "Kalau realita nya begini, Aku harus gimana?". Ada satu kalimat yang dilontarkan salah satu temanku, saat Aku menceritakan keluh kesahku akhir-akhir ini. "YA UDAH".


"Ya udah, kenyataannya hidup itu emang lucu",

"Ya udah, mau gimana pun, kalau bukan rejekinya ga bisa dipaksain",

"Kalau dia memang suka, dia akan memberi sinyal. Ya udah, jangan diambil pusing",

"Emang sulit untuk menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan yang kita mau, ya udah, syukurin aja"


    Banyak lagi "Ya Udah" lainnya yang dilontarkan temanku ini. Menjadi dewasa itu sulit. Sampai-sampai ingin kembali lagi ke masa kecil, jika memungkinkan. Berpura-pura tegar dan harus menjadi tegar itu wajib. Tapi, jika lelah dan tidak kuat jangan dipaksa. Live the life as want to be. 


Rabu, 04 Maret 2020

A SKETCH OF PEN : WHY BOTHER COMPLAINING?

20.10 0 Comments


Well, akhir-akhir ini aku sering banget mengeluh. Entah terhadap hal-hal kecil ataupun yang lain. Sempet dulu beberapa minggu aku ngga buka Instagram which is disitulah banyak banget hal-hal toxic yang sering membuat aku kurang bersyukur (fyi, this is from my side point).

Pas buka IG, banyak melihat story life orang yang enak, hidupnya seperti ga ada beban. Dari situ, sering banget aku compare diri aku dengan mereka sampai akhirnya aku ngerasa lelah sendiri karena ga akan ada habisnya kalo aku tetep ngikutin lifestyle nya mereka. Singkat cerita, aku sengaja membatasi diri untuk buka sosmed (except Twitter lol). Semenjak itu, kehidupan ku berjalan as well as I expect. Udah jarang meng-compare diri ini dengan netizen, jadi lebih love myself dikit lah.

Singkat cerita, akhirnya aku mulai aktif di sosmed lagi, ya walaupun cuma kepo-kepo tanpa ngepost something. Udah mulai terbiasa dengan kehidupan netizen di sosmed dan membuat aku mikir bahwa they deserve to do anything bcs that’s their life, not mine. Mulai menerapkan sedikit sifat bodoh amat dalam diri tapi ga menutup kemungkinan sometimes rasa insecure itu bangkit lagi but it’s rare happen fortunately.

Sekarang aku lebih melihat kehidupan dari segi kacamataku. Beruntung Tuhan ngasih aku jalan hidup yang seperti sekarang dan menjukkan ke aku apa arti rasa bersyukur. Masih banyak orang diluar sana yang menginginkan kehidupan seperti kita, disaat kita malah mengeluh untuk meminta lebih. Saat lagi jenuh kerja, capek dengan drama kehidupan, ingat kalau ada orang-orang yang menerima kamu apa adanya yang sekarang lagi nunggu kesuksesan kamu dan mereka layak untuk kalian bahagiakan. You have a wonderful life, so why bother complaining?

Kamis, 20 Februari 2020

A SKETCH OF PEN : MERANTAU

17.56 0 Comments




Well, long time for me not continuing write a story here. I dunno is there anyone who’s keep waiting for my updating story? Lol! Straight to the point, kali ini aku cuma mau cerita dikit tentang kehidupan merantau.

Mungkin bagi sebagian orang banyak yang berpikir kalau merantau itu “menyenangkan”. Of course karena aku juga mengalami hal yang sama di fase-fase awal menginjakkan kaki di pulau orang.  Ada suatu kebanggaan dalam diri yang dirasakan saat orang tua menyetujui untuk melepas anaknya mencari ilmu dan rejeki di tanah seberang. Besides, we can decide everything by ownself. Kebayangkan kalau semisal dulu pas dirumah mungkin sebagian hal-hal kecil masih diatur sama orang tua, terus pas udah merantau apapun dikerjakan sendiri.

Homesick? Tentu pernah dan agak sering sepertinya. Tapi itu terjadi di fase awal aja. Mungkin baru proses penyesuaian. Sometimes, kalau pikiran lagi kalut suka menahan diri buat menceritakan keluh kesah ke orang tua. Ya balik lagi, you have to survive by yourself even mau tidak mau harus mau untuk meminta bantuan teman saat keadaan memang lagi urgent. Apalagi, mindset anak daerah seperti aku itu masih tertanam pikiran “jangan terlalu percaya sama orang yang baru dikenal”. That’s not wrong, indeed.

Last but not least, di daerah orang juga harus pinter bersosialiasi, pinter membawa diri, that’s the main point. Selama beberapa bulan merantau, jadi makin terasa kalau yang bisa menjaga diri sendiri itu ya cuma kita sendiri. Merantau juga secara tidak langsung bisa melatih mental menjadi lebih kuat, menjadi lebih bersyukur setiap hari dan pastinya mendewasakan diri.