Well, long time for me not
continuing write a story here. I dunno is there anyone who’s keep waiting for
my updating story? Lol! Straight to the point, kali ini aku cuma mau cerita
dikit tentang kehidupan merantau.
Mungkin bagi sebagian orang
banyak yang berpikir kalau merantau itu “menyenangkan”. Of course karena aku
juga mengalami hal yang sama di fase-fase awal menginjakkan kaki di pulau
orang. Ada suatu kebanggaan dalam diri
yang dirasakan saat orang tua menyetujui untuk melepas anaknya mencari ilmu dan
rejeki di tanah seberang. Besides, we can decide everything by ownself.
Kebayangkan kalau semisal dulu pas dirumah mungkin sebagian hal-hal kecil masih
diatur sama orang tua, terus pas udah merantau apapun dikerjakan sendiri.
Homesick? Tentu pernah dan agak
sering sepertinya. Tapi itu terjadi di fase awal aja. Mungkin baru proses
penyesuaian. Sometimes, kalau pikiran lagi kalut suka menahan diri buat
menceritakan keluh kesah ke orang tua. Ya balik lagi, you have to survive by
yourself even mau tidak mau harus mau untuk meminta bantuan teman
saat keadaan memang lagi urgent. Apalagi, mindset anak daerah seperti aku itu
masih tertanam pikiran “jangan terlalu percaya sama orang yang baru dikenal”. That’s
not wrong, indeed.
Last but not least, di daerah
orang juga harus pinter bersosialiasi, pinter membawa diri, that’s the main
point. Selama beberapa bulan merantau, jadi makin terasa kalau yang bisa
menjaga diri sendiri itu ya cuma kita sendiri. Merantau juga secara tidak
langsung bisa melatih mental menjadi lebih kuat, menjadi lebih bersyukur setiap
hari dan pastinya mendewasakan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar